Thursday, March 13, 2008

masih tentang malaysia...

Perkembangan tentang malaysia masih menarik untuk dibahas. terutama mengenai istilah baru yang muncul pasca hasil pemilu awal minggu ini, political tsunami. saya coba diskusi dengan beberapa teman2 malaysia di kampus. dan hasilnya cukup mengejutkan. ada tiga hal penting yang akan saya diskusikan di tulisan ini, ketidak pastian perubahan ini akan membawa malaysia kearah mana, peran penting malaysian malay dalam swing voter ke partai oposisi, dan mengenai koalisi oposisi yang akan membuat segalanya benar-benar berbeda.

Pertama, tidak ada satu pun yang akan mengira hasil pemilu di Malaysia akan berakhir dengan hasil kehilangan suara yang cukup signifikan bagi koalisi Barisan Nasional. Namun begitu, dengan alasan-alasan yang sudah saya sampaikan di dua tulisan terdahulu ternyata menjadi cukup jelas bagi pemilih untuk meninggalkan BN. Permasalahannya, setelah kondisi seperti in, tidak ada pihak, mulai dari BN, partai oposisi hingga para pemilih yang tahu, apa dampak dari perubahan peta politik pasca pemilu 2008 dan akan dibawa kemana Malaysia nantinya... lebih menarik bila kita melihat di tingkat lokal, lihat berita ini, berita ini dan berita ini,


Kedua, peran penting Malaysian Malay sebagai swing voter ke partai oposisi menunjukan tanda-tanda ada keinginan dari ras mayoritas untuk meninggalkan pola-pola lama dalam politik Malaysia. tipologi politik malaysia yang selama beberapa dekade terakhir ini terjadi didasari oleh kuatnya BN terutama UMNO yang milik ras malay untuk mempertahankan dominasinya. sebelum 2008, hanya pada tahun 1999 terjadi swing voter pada ras malay untuk berpindah ke partai lain (itu pun hanya sebagian kecil, dan dikeranakan kasus anwar ibrahim). menurut pengakuan teman saya yang fungsionaris partai MCA, ras cina dan india sebenarnya tidak dapat berbuat banyak di BN, karena jumlahnya sangat terbatas. dia sendiri melihat fakta terjadi swing voter besar2an yang dilakukan oleh ras malay ke partai oposisi (entah itu PAS, DAP maupun PKR) menunjukan bahwa ras malay juga sudah banyak sadar, bahwa pemerintahan BN perlu merevitalisasi kembali kebijakan2nya.

saya sendiri heran, mengapa kebijakan NEP, yang memprioritaskan ras malay mampu bertahan selama 30 tahun di Malaysia. Mengingat Indonesia pernah gagal lewat program banteng, dan ali baba pada masa demokrasi liberal di Indonesia dan akhirnya kita memutuskan untuk meninggalkan program tersebut. selain itu, saya sendiri adalah orang yang percaya akan kompetisi, proteksi berlebih pemerintah terhadap pribumi tidak akan menghasilkan inovasi, efisiensi dan kemampuan bersaing bagi bumiputera terhadap ras cina dan india. terlebih hasil survey penghasilan perkapita ras malay tetap terbawah dibandingkan pernghasilan perkapita ras cina dan india di Malaysia.

Ketiga, malaysia sendiri sepertinya sedang menuju kepada sistem dua koalisi. koalisi pemerintah dan koalisi oposisi. yang menarik adalah melihat bagaimana perkembangan koalisi oposisi yang baru saja ditandatangani kesepakatannya. bagaimanapun juga pekerjaan partai oposisi di seluruh dunia adalah "mengganggu" jalannya pemerintahan dan mencoba menawarkan ide2 baru yang tidak akan pernah dijalankan (karena mereka tidak memegang kekuasaan). namun begitu, Anwar Ibrahim berkomentar " I was finance minister for 8 years. Although I'm in Opposition I will never do something to harm the economy". sementara itu pemerintah punya cara sendiri untuk mematikan oposisi di negara bagian dengan membatasi penyaluran APBD tambahan dan "mematikan" pembangunan seperti yang dilakukan BN pada Trengganu menghadapi pemilu 2004 lalu. anwar sendiri memberikan komentar: "We warn the BN not to pursue a regressive policy of punishment for voters of the Opposition by freezing development"

pada akhirnya memang zaman baru harus dilalui oleh Malaysia, 10 tahun lalu kami sudah memulainya dan hingga kini masih tergopoh2, entah 10 tahun lagi Singapore akan mengalami hal yang sama atau tidak? kita tunggu saja...

No comments: