Saturday, March 1, 2008

Indonesiaku..

Beberapa hari yang lalu saya kebetulan mendapat tugas untuk berkunjung ke Meulaboh selama3 hari. kebetulan mata kuliah yang saya ambil me"wajib"kan saya untuk melakukan sedikit peninjauan (dalam hal ini tidak bisa disebut penelitian karena sempitnya waktu yang diberikan kepada saya).

Perjalanan ini mungkin tidak berbeda dengan perjalanan para pegawai yang mendapat tugas kantor, karena perjalanan ini telah ditentukan sedemikian rupa oleh universitas.

mungkin saya bisa dikatakan cukup terlambat mengunjungi Aceh (malu juga), tapi.. lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. saya bersyukur, walaupun terlambat, masih berkesempatan mengunjungi Serambi Mekah ini.

Walaupun hanya 3 hari, tetapi subhanAllah, pelajaran yang saya terima begitu banyak, mungkin seumur hidup saya belum tentu punya kesempatan untuk pergi karena saya bukan tipe orang yang suka bepergian. Sejak kecil, dunia yang saya tahu hanyalah daerah rumah, sekolah, kampus dan tempat kost, rumah nenek d jawa timur mungkin itu tempat terjauh (sebelum saya kuliah disini).

Untuk mencapai Meulaboh,saya harus transit terlebih dahulu di Medan, karena tidak ada pesawat yang langsung menuju Meulaboh dari Sin, tapi itulah awal pelajaran yang saya peroleh.

Saya terbang menggunakan Susi Air (pesawat kecil dengan kapasitas 12 orang) yang terbang cukup rendah sehingga saya bisa dengan jelas melihat Indonesia (Pulau Sumatra) dari ketinggian sekitar 3000 kaki, ketika melewati bukit barisan, mungkin itulah salah satu pemandangan yang paling menakjubkan yang pernah saya lihat. tapi... ketika barisan bukit berbukit itu tak tampak lagi, saya melihat ada beberapa titik yang menimbulkan asap. Tidak banyak memang, tapi cukup membuat iba karena hutan tropis Indonesia yang begitu kaya flora dan fauna berubah menjadi kepulan asap putih yang menimbulkan polusi udara.

Indonesiaku...

Begitu indah, tetapi sepertinya kita tidak pernah atau mungkin kita terlalu terbiasa dengan kekayaan sumber daya alam hayati n non-hayati yang kita miliki sehingga kita melupakan "harta" kita. pernahkah kita mensyukuri nikmat yang diberikan olehNya? tidakkah cukup teguran dariNya (gempa, longsor, banjir, kebakaran hutan, Tsunami, dll) untuk menyadarkan kita? sudah saatnya kita menyayangi negeri ini, negeri yang dimana kita lahir dan dibesarkan di sana, negeri yang dari kekayaan alamnya kita bisa menikmati hidup ini.


Well, kembali ke perjalanan saya yang penuh hikmah tadi. sesampainya di Meulaboh, saya dijemput oleh salah satu Non Government Organization (NGO) asing (NGO ini dikepalai oleh seorang Irlandia dengan 4 orang stafnya berasal dari Medan) yang membantu proses rekonstruksi Aceh, terutama di Meulaboh.

hari itu juga, saya mengunjungi sebuah pesantren yang kondisinya setelah Tsunami hanya tinggal puing2, kini puing2 itu telah berubah menjadi bangunan yang apik berhiaskan taman kecil, tetapi pembangunan ini belum selesai karena baru pesantren putri yang selesai dibangun sedangkan bagian putra dan gedung sekolah masih dalam proses.

hal ini dikarenakan minimnya dana serta sebgaian besar NGO2 yang ada di Meulaboh terlalu sibuk "berkompetisi" dalam pembangunan rumah rakyat dan melupakan nasib anak2. bahkan ada beberapa NGO asing yang terang2an menolak untuk mendanai pembangunan dengan alasan pesantren adalah sekolah Islam, mereka tidak ingin membantu pendidikan Islam.

hmm...saya jadi berpikir, apakah salah jika anak2 ini kehilangan tempat tinggal dan sekolahnya? apakah salah mereka jika mereka menganut agama Islam? kenapa NGO2 yang notabene datang untuk bantuan "kemanusiaan" begitu sempit pikirannya dan mengesampingkan kebutuhan anak-anak ini hanya karena perbedaan agama?

tapi, alhamdulillah, masih ada orang2 seperti mereka yang ada di NGO ini yang sudi untuk membantu rakyat Meulaboh, tanpa melihat "label" keagamaan.

hal yang menarik dari pesantren ini adalah rasa kebersamaan yang mereka miliki, saat kami memberikan sekotak kue kepada mereka, maka mereka membaginya menjadi 130 bagian untuk memastikan bahwa setiap anak akan mendapatkan bagiannya.

wow, menurut saya, ini benar-benar kemanusiaan yang sesungguhnya.
saat kita tidak hanya memperdulikan diri sendiri,
saat kita rela berbagi dengan yang lain
saat kita memastikan bahwa setiap individu lain memiliki apa yang kita miliki

hari selanjutnya saya pergi ke dua kabupaten, ACeh Barat dan Nagan Raya, mengunjungi beberapa desa di sana, lebih tepatnya melihat pembangunan rumah untuk masyarakat yang umumnya adalah nelayan.

seperti yang telah saya katakan, sebagian besar NGO fokus pada pembangunan rumah (ini dikarenakan hampir semua bangunan di Meulaboh rusak total, yang masih berdiri tegak adalah masjid dan beberapa rumah yang letaknya cukup jauh dari pesisir).

keinginan NGO/pemerintah untuk membantu memang sangat tinggi, hal ini terlihat dari banyaknya jumlah rumah yang dibangun kembali, tetapi......

dampak buruknya adalah, mereka seolah2 saling berkompetisi, dalam membangun rumah yang paling bagus.

hm...apakah ini ajang kontes kecantikan???

dampak buruk lainnya, ini membuat warga menjadi "oportunis", mereka tidak lagi bersyukur karena diberikan rumah, tetapi mereka menjadi "pilih-pilih" dalam menunjuk NGO yang akan membangun rumah bagi mereka.

Indonesiaku..

akan kemanakah negeri ini? akankah negeriku dipenuhi oleh orang2 oportunis?? kita memang tidak bisa menyalahkan mereka sepenuhnya karena perubahan sikap mereka, ada campur tangan pihak lain di dalamnya

tapi..
kisahku belum selesai

perjalanan selanjutnya adalah sebuah panti asuhan di pusat kota Meulaboh, di sana saya sempat berbincang2 dengan beberapa anak usia 12-16 tahun, mereka semua adalah korban Tsunami yang kehilangan salah satu atau kedua orang tua mereka saat bencana itu datang.

menakjubkan apa yang bisa bencana ini perbuat, hampir semua anak yang saya ajak berbicara, mereka memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi guru, untuk alasan yang sangat mulia, mereka bilang, mereka ingin mewujudkan rasa syukur mereka karena mereka tidak hanya ditampung tetapi juga disekolahkan oleh yayasan tersebut (NGO lokal). jadi mereka berkeinginan untuk melakukan hal yang sama di masa depan, membagi ilmu yang mereka miliki.

hm..mungkin tidak banyak orang dewasa yang akan berfikir seperti itu

hari selanjutnya saya pergi ke rumah sakit daerah, satu2nya rumah sakit yang ada di kota Meulaboh ini. mungkin jika kita tinggal di kota2 lain, beberapa rumah sakit tersedia untuk melayani kebutuhan kesehatan masyarakat sekitar, tapi berbeda dengan di Meulaboh, RSU ini satu2nya dan tidak terlalu besar.

pelajaran penting yang saya dapat dari kunjungan saya adalah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan (setelah Tsunami), mereka jadi lebih kritis terhadap pelayanan yang mereka terima, dan rupanya ini juga berdampak bagi pihak pengurus RSU. tuntutan masyarakat mau tidak mau merubah kualitas pelayanan RSU,mereka jadi lebih berperan aktif dalam memberikan pelayanan prima. hal ini tentu tak lepas dari peran UGM beserta NGO asing yang memberikan pelatihan mengenai manajemen RS kepada para staf.


perjalanan terkahir saya adalah di daerah pinggiran kota Medan, di sana saya mengunjungi Rumah Anak Madani (wisma penampungan anak2 korban Tsunami). wisma ini memang diperuntukkan bagi anak2 korban Tsunami yang berprestasi, karena mereka akan disekolahkan sejak SD hingga S1 (jika berhasil lulus SPMB). pihak yayasan sangat selektif dalam memilih sekolah anak2 ini, dan mereka tidak hanya dibekali ilmu dari sekolah, para pengurus juga memberikan pelajaran tambahan berupa ilmu agama dan bahasa Inggris, bahkan saat saya di sana adalah "English Week", dimana percakapan hanya diperbolehkan dalam bahasa Inggris.

hmm..
anak2 ini ternyata cukup bersemangat cas cis cus dengan bahasa bule. jadi terharu dan bangga, melihat semangat mereka untuk tetap berkarya dan tidak berputus asa setelah kejadian yang mungkin bagi kita bisa menimbulkan trauma yang mendalam. tapi mereka sangat antusias. pengurus yang rata-rata masih muda ini menitikberatkan pendidikan agama dan bahasa (arab dan inggris).


Indonesiaku,,

perjalananku yang hanya tiga hari benar-benar memberikan kesan yang mendalam,
memang benar Indonesiaku sangat kaya, dan kita terbiasa dengan pikiran kita bahwa kita sangat kaya, sehingga kita lupa untuk memanfaatkan kekayaan kita dengan sebaik-baiknya. kita merelakan kekayaan kita diserap oleh negara lain. sudah saatnya kita bangkit dan mulai dengan tangan kita sendiri, belajar mensyukuri nikmat yang telah dianugerahkanNYA untuk bangsa kita.


Indonesiaku,,


aq optimis bahwa suatu saat nanti Indonesiaku akan bangkit dan menjadi bangsa yang dihormati, bangsa yang memilik harga diri, bangsa yang menghargai dirinya sendiri. setelah apa yang kulihat, apa yang telah dilakukan NGO2 lokal ini terhadap saudara2 mereka, sungguh kepedulian yang sangat jarang kita dapati dimasa sekarang ini.

sudah saatnya kita belajar dari saudara2 kita juga belajar dari anak2 itu, adik2 yang penuh kebersamaan, adik2 yang penuh kerelaan dan rasa syukur (yang sedikit sekali kita memilikinya, termasuk saya), adik2 yang penuh semangat membangun masa depannya.

jika adik-adik kita saja bersemangat penuh, kenapa kita tidak?

sepantasnya kita merasa sangat malu terhadap mereka, kita dengan segala kelebihan masih sering terbuai dan enggan bahkan bermalas2an membangun negeri ini

Indonesiaku,,
semoga engkau bangkit layaknya adik2ku yang bangkit dari keterpurukan bencana Tsunami di Aceh.

amiin..

No comments: