Friday, February 29, 2008

homoseksual dan kelas kreatif

fauzan zidni, lee kuan yew school

isu mengenai politik seksualitas di indonesia mungkin tidak begitu ramai dibicarakan, berbeda dengan Singapore yg memiliki pemerintahan dan masyarakat yang lebih konservatif dan tidak terlalu heterogen dibanding indonesia. isu mengenai politik seksualitas terutama masalah kaum gay dan lesbian. Kontradiksi dimulai dari pernyataan-pernyataan dari greja yang mengatakan bahwa homoseksual bisa berubah, dan pernyataan Goh Chok Tong serta MM Lee tentang keterbukaan pemerintah singapore untuk menerima kaum gay sebagai PNS. sedangkan disaat yang bersamaan section 377A of the Penal Code menyatakan bahwa gay adalah ilegal dengan hukuman 2 tahun penjara. selain itu perdebatan mengenai kaum gay menjadi perdebatan ideologis yang dilakukan oleh pemerintah dan juga golongan yang menyokong moralitas dan relijius.

yang saya fahami kemudian, perubahan statement dari orang-orang konservatif di pemerintah singapore dan dengan sengaja di PR kan di media internasional adalah dikarenakan perubahan paradigma mereka mengenai perubahan pertumbuhan ekonomi di singapore, dengan tiga argumen yg dijadikan argumen. Pertama, keterbatasan tempat dan kemampuan Singapore untuk mengembangkan sektor industri manufaktur yg membuat mereka lebih memfokuskan diri di industri pariwisata dan jasa. hal ini dibuktikan dengan pembangunan dua buah kasino besar di marina bay dan pulau sentosa, penyelenggara F1, penyelesaian terminal 3 bandara changi, dan infrastruktur pendukung lainnya. Kedua, hal itu pun dilanjutkan dengan pengembangan sektor kebudayaan dan seni di singapore. melihat trend bertambah banyaknya museum, kampus2 seni, pagelaran seni dan sastra, musik dan lainnya, harus diakui dalam budaya dan seni kontemporer pemerintah singapore juga masyaraktnya sangat menghargai dan mendukung peradaban baru yang mereka bangun. terakhir adalah teori baru mengenai hubungan antara kemajuan ekonomi dan keberadaan kelas kreatif. dua point sebelumnya tentunya membutuhkan keberadaan kelas kreatif yang percaya atau tidak sebagian besar dari mereka adalah gay, menurut pandangan pemerintah singapore. point terakhir ini kemudian juga menjelaskan mengenai pernyataan2 yang dahulunya konservatif dan tidak menerima kaum gay untuk kepentingan pragmatis memajukan perekonomian bukan hanya di sektor kreatif (seni dan budaya) tetapi juga kebutuhan singapore terhadap tenaga kerja asing lainnya. sehingga untuk menarik mereka datang dan tinggal di singapore dibutuhkan ketidak konservatifan (atau apalah namanya) terutama mengenai isu homoseksual.

ada dua hal lain yang menarik dari pembahasan isu ini. pertama, keberadaan section 377A yg tetap dan tidak dicabut namun tidak lagi akan diterapkan bagi yang melanggarnya. kedua, pendapat teman-teman saya yang gay mengenai isu ini tidak relevan. mereka berpendapat bahwa kehadiran orang-orang gay di singapore bukan karena perubahan paradigma pemerintah singapore mengenai isu gay, tetapi lebih dikarenakan biaya hidup dan pajak lebih murah dibanding di eropa dan amerika. tapi entahlah, saya bukan gay... dan tidak begitu mengerti tentang mereka...

indonesia bagaimana? sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak dan dalam al qur'an sendiri tegas-tegas di jelaskan haram hukumnya. apakah kita akan memilih untuk melegalkan homoseksual seperti belanda, atau kita akan memilih bertindak konservatif seperti singapore dahulu. atau kita akan memilih posisi yang diperkenalkan Bill Clinton dahulu mengenai isu gay di militer amerika, don't ask don't tell. atau kita pura-pura tidak tahu saja...? isu ini memang menarik untuk kita diskusikan...

1 comment:

Anonymous said...

Saya setuju dengan pendapat pemerintah Singapura tentang beberapa
argumen yang mereka angkat. Jujur memang kita dapat akui bahwa saat
ini kekreatifitasan seluruh sektor sedikit banyak dipengaruhi oleh
kelompok gay dan lesbian dengan performativitasnya yang bisa dikenali
melalui cara mereka berprilaku atau tidak. Entah mengapa saat ini
apabila saya mencermati prilaku mereka, semakin banyak orang muda
yang memiliki prilaku gay atau lesbian baik itu karena munculnya
pematahan sebuah grand naration atau karena munculnya ide2 postmodern
yang melegalkan masuknya teori2 baru seperti teori gaya hidup yang
cukup mempengaruhi cara hidup seseorang.

Selain itu munculnya teori baru tentang adanya hubungan kelas kreatif
dan kemajuan ekonomi juga berkembang sedemikian pesat. Merujuk ke
pernyataan saya di atas, sekali lagi tidak dapat dipungkiri apabila
kelompok gay dan lesbian memiliki tingkat kreatifitas yang cukup
tinggi, entah karena mereka memiliki 2 identitas atau tidak. Sehingga
unsur kekreatifitasan mereka dapat mendongkrak kemajuan ekonomi
sebuah negara melalui berbagai sektor, khususnya sektor jasa dan
pariwisata.

Pernyataan section 377A of the penal code pemerintah Singapura yang
tidak di cabut dan dibiarkan begitu saja, bagi saya hanya sebuah
pembohongan karena bagaimanapun dewasa ini ruang publik sudah hampir
dipenuhi dengan keberadaan kelompok gay dan lesbian. Lebih baik
amandemenkan saja pernyataan tersebut dengan pasal2 yang tidak
memberatkan kelompok gay dan lesbian toh pemerintah Singapura sedikit
banyak sadar akan keberadaan mereka :)

Menilik sejarah keberadaan kelompok gay dan lesbian, sebaiknya jangan
kita menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak mau membuka diri
dengan identitas mereka. Agama pasti menjadi satu ganjalan bagi
Indonesia. Padahal sejarah mengatakan bahwa zaman dahulu kala banyak
pria yang dijadikan selir bagi raja mereka, tidak saja pada zaman
Yunani/Romawi akan tetapi juga pada zaman kekhalifan di negeri Arab.
Perlu kita dekonstruksi kembali beberapa ayat-ayat di dalam Al-Quran,
Injil, atau apapun untuk bisa menerima mereka kembali. Saya justru
salut dengan keberadaan negara Uni Emirat Arab. Lihat bagaimana
kelompok2 elit dan kreatif membangun negara mereka dengan semangat
postmodernismen- nya (bagi saya Uni Emirat Arab sudah termasuk ke
dalam negara yang post-modern) .

Teman saya yang bekerja di salah satu sektor jasa di sana mengatakan
bahwa banyak sekali gay dan lesbian di sana, karena apa ? kembali ke
atas karena adanya keterkaitan yang sangat erat antara kemajuan
ekonomi dan kelompok kreatif entah itu datang dari warga Uni Emirat
Arab sendiri atau pendatang. Siapa yang tahu bahwa pendatang itu
adalah gay dan lesbian ?

sekian dulu unek2 dari saya....