Wednesday, February 13, 2008

Soekarno Hatta

oleh: Fauzan Zidni

Banjir yang menimpa Jakarta awal februari ini cukup menimbulkan efek yang luar biasa. Salah satunya masalah transportasi udara dikarenakan akses yang terbatas ke bandara Soekarno Hatta. Untuk mengurangi masalah akses ke Soekarno Hatta, pemerintah berencana melakukan pembenahan infrastruktur pendukung serta akses jalan ke bandara dan membutuhkan dana sedikitnya Rp 15 Trilyun yang terbagi dalam 5 proyek yang tidak hanya menyangkut penambahan akses tetapi juga perluasan bandara.

Pertama adalah percepatan pembangunan terminal 3, perluasan akses terminal 1 dan penambahan fasilitas bandara. Kemudian ditambah dengan rencana penggabungan terminal 1 dan 2 serta perluasan landasan agar dapat di lewati oleh A 380. Kedua adalah peninggian dan perluasan jalan tol yang kemarin terendam banjir. Ketiga, pembangunan kreta api bandara sepanjang 34 Km dari Manggarai via Angke. Keempat, pembangunan jalan arteri, akses menuju belakang bandara. Kelima, pembangunan tol pendukung kea rah bandara (lihat gambar).

Ide tentang pembangunan infrastruktur pendukung ini sangatlah perlu dan mendesak. Ada beberapa point penting yang menjadi landsannya. Pertama, bagaimanapun volume kendaraan yang melewati jalan tol bandara sebenarnya sudah sangat jauh melebihi kapasitas. Dengan jumlah pengguna bandara sejumlah 32 juta orang pada tahun 2007, tentunya sangat melebihi daya dukung jalan yang dibangun dengan asumsi hanya 5 juta orang pertahun. Apalagi jalan tol bandara tidak hanya digunakan sebagai akses menuju Soekarno Hatta, tetapi juga sebagai akses komuter orang-orang yang tinggal di daerah tersebut. Maka kemudian tidak lah heran kerap kali macet selalu menghiasi perjalanan ke Bandara.

Selain itu, permasalahan banjir nampaknya menjadi pelajaran berharga buat pihak Jasa Marga. Setelah ‘menganggap remeh’ banjir dengan hanya membuat dinding kecil dipinggir jalan tol (dan ternyata terbukti sangat tidak efektif, hanya membuat jalan tol sperti kolam ikan saja), perencanaan pembangunan akses-akses lain ke bandara menjadi solusi ampuh agar orang mempunyai pilihan lain.

Menariknya, dalam proyek ini masalah dana bukanlah hal yang memusingkan kepala. Berbeda dengan proyek monorel yang tidak jelas, dana 15 Trilyun untuk pembangunan proyek ini, terutama proyek pembangunan jalan kereta sudah visible. Konsorsium Bank-bank papan atas nasional siap menyokong pembangunan yang diperkirakan balik modal dalam waktu 8 tahun ini.

Namun begitu, ada beberapa hal pula yang menjadi catatan penting bagi permasalahan ini. Pertama adalah kecemburuan daerah lain mengenai prioritas pembangunan infrastruktur. Dari 37 juta pengguna angkutan udara pada tahun 2007, sekitar 30an juta menggunakan bandara Soekarno Hatta. Dengan penambahan akses infrastruktur ini tentunya akan memperbesar kapasitas dan penggunaan Soekarno Hatta. Sementara itu di daerah lain, jangan kan untuk pembangunan standar bandara internasional, yang nasional saja daerah masih tergagap-gagap. Kasus bandara polonia yang sudah tidak layak digunakan misalnya, sampai saat ini belum ada realisasi relokasi bandara tersebut.

Kedua, permasalahan keselamatan penumpang. Tingginya angka kecelakaan pesawat terbang di Indonesia bukan hanya disebabkan oleh lalainya maskapai penerbangan dalam pemenuhan hal-hal yang menjadi standard internasional. Tetapi juga regulasi dan infrastruktur pendukung. Regulasi yang relative mudah dan sangat rawan ini diluncurkan untuk intensif untuk menyelamatkan industri penerbangan yang hancur akibat krisis 97. selain itu juga, agar munculnya maskapai2 penerbangan murah. Kemudian, masalah infrastruktur perawatan pesawat yang kurang memadai kembali menjadi sorotan.

No comments: